Timun Mas adalah seorang gadis cantik yang baik hati, cerdas, dan pemberani. Itulah sebabnya, ia sangat disayangi oleh ibunya yang bernama Mbok Srini. Suatu ketika, sesosok raksasa jahat ingin menyantap Timun Mas. Berkat keberaniannya, ia bersama ibunya berhasil melumpuhkan raksasa jahat itu. Kenapa raksasa itu hendak memangsa Timun Mas? Lalu, bagaimana Timun Mas dan ibunya mengalahkan raksasa itu? Kisah menarik ini dapat Anda ikuti dalam cerita Timun Mas berikut ini.
* * *
Alkisah,
di sebuah kampung di daerah Jawa Tengah, hiduplah seorang janda paruh
baya yang bernama Mbok Srini. Sejak ditinggal mati oleh suaminya
beberapa tahun silam, ia hidup sebatang kara, karena tidak mempunyai
anak. Ia sangat mengharapkan kehadiran seorang anak untuk mengisi
kesepiannya. Namun, harapan itu telah pupus, karena suaminya telah
meninggal dunia. Ia hanya menunggu keajaiban untuk bisa mendapatkan
seorang anak. Ia sangat berharap keajaiban itu akan terjadi padanya.
Untuk meraih harapan itu, siang malam ia selalu berdoa kepada Tuhan Yang
Mahakuasa agar diberi anak.
Pada
suatu malam, harapan itu datang melalui mimpinya. Dalam mimpinya, ia
didatangi oleh sesosok makhluk raksasa yang menyuruhnya pergi ke hutan
tempat biasanya ia mencari kayu bakar untuk mengambil sebuah bungkusan
di bawah sebuah pohon besar. Saat terbangun di pagi hari, Mbok Srini
hampir tidak percaya dengan mimpinya semalam.
“Mungkinkah keajaiban itu benar-benar akan terjadi padaku?” tanyanya dalam hati dengan ragu.
Namun,
perempuan paruh baya itu berusaha menepis keraguan hatinya. Dengan
penuh harapan, ia bergegas menuju ke tempat yang ditunjuk oleh raksasa
itu. Setibanya di hutan, ia segera mencari bungkusan itu di bawah pohon
besar. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan bungkusan yang dikiranya
berisi seorang bayi, tapi ternyata hanyalah sebutir biji timun. Hatinya
pun kembali bertanya-tanya.
“Apa maksud raksasa itu memberiku sebutir biji timun?” gumam janda itu dengan bingung.
Di
tengah kebingungannya, tanpa ia sadari tiba-tiba sesosok makhluk
raksasa berdiri di belakangnya sambil tertawa terbahak-bahak.
“Ha... ha... ha...!” demikian suara tawa raksasa itu.
Mbok
Srini pun tersentak kaget seraya membalikkan badannya. Betapa
terkejutnya ia karena raksasa itulah yang hadir dalam mimpinya. Ia pun
menjadi ketakutan.
“Ampun, Tuan Raksasa! Jangan memakanku! Aku masih ingin hidup,” pinta Mbok Srini dengan muka pucat.
“Jangan takut, hai perempuan tua! Aku tidak akan memakanmu. Bukankah kamu menginginkan seorang anak?” tanya raksasa itu.
“Be... benar, Tuan Raksasa!” jawab Mbok Srini dengan gugup.
“Kalau
begitu, segera tanam biji timun itu! Kelak kamu akan mendapatkan
seorang anak perempuan. Tapi, ingat! Kamu harus menyerahkan anak itu
kepadaku saat ia sudah dewasa. Anak itu akan kujadikan santapanku,” ujar
raksasa itu.
Karena
begitu besar keinginannya untuk memiliki anak, tanpa sadar Mbok Srini
menjawab, “Baiklah, Raksasa! Aku bersedia menyerahkan anak itu
kepadamu.”
Begitu
Mbok Srini selesai menyatakan kesediaannya, raksasa itu pun menghilang.
Perempuan itu segera menanam biji timun itu di ladangnya. Dengan penuh
harapan, setiap hari ia merawat tanaman itu dengan baik. Dua bulan
kemudian, tanaman itu pun mulai berbuah. Namun anehnya, tanaman timun
itu hanya berbuah satu. Semakin hari buah timun semakin besar melebihi
buah timun pada umumnya. Warnanya pun sangat berbeda, yaitu berwarna
kuning keemasan. Ketika buah timun masak, Mbok Srini memetiknya, lalu
membawanya pulang ke gubuknya dengan susah payah, karena berat. Betapa
terkejutnya ia setelah membelah buah timun itu. Ia mendapati seorang
bayi perempuan yang sangat cantik. Saat akan menggendongnya, bayi itu
tiba-tiba menangis.
“Ngoa... ngoa... ngoa... !!!” demikian suara bayi itu.
Alangkah
bahagianya hati Mbok Srini mendengar suara tangisan bayi yang sudah
lama dirindukannya itu. Ia pun memberi nama bayi itu Timun Mas.
“Cup... cup... cup..!!! Jangan menangis anakku sayang... Timun Mas!” hibur Mbok Srini.
Perempuan
paruh baya itu tak mampu lagi menyembuyikan kebahagiaannya. Tak terasa,
air matanya menetes membasahi kedua pipinya yang sudah mulai keriput.
Perasaan bahagia itu membuatnya lupa kepada janjinya bahwa dia akan
menyerahkan bayi itu kepada raksasa itu suatu saat kelak. Ia merawat dan
mendidik Timun Mas dengan penuh kasih sayang hingga tumbuh menjadi
gadis yang cantik jelita. Janda tua itu sangat bangga, karena selaing
cantik, putrinya juga memiliki kecerdasan yang luar biasa dan perangai
yang baik. Oleh karena itu, ia sangat sayang kepadanya.
Suatu
malam, Mbok Srini kembali bermimpi didatangi oleh raksasa itu dan
berpesan kepadanya bahwa seminggu lagi ia akan datang menjemput Timun
Mas. Sejak itu, ia selalu duduk termenung seorang diri. Hatinya sedih,
karena ia akan berpisah dengan anak yang sangat disayanginya itu. Ia
baru menyadari bahwa raksasa itu ternyata jahat, karena Timun Mas akan
dijadikan santapannya.
Melihat
ibunya sering duduk termenung, Timun Mas pun bertanya-tanya dalam hati.
Suatu sore, Timun Emas memberanikan diri untuk menanyakan kegundahan
hati ibunya.
“Bu, mengapa akhir-akhir ini Ibu selalu tampak sedih?” tanya Timun Mas.
Sebenarnya
Mbok Srini tidak ingin menceritakan penyebab kegundahan hatinya, karena
dia tidak ingin anak semata wayangnya itu ikut bersedih. Namun, karena
terus didesak, akhirnya ia pun menceritakan perihal asal-usul Timun Mas
yang selama ini ia rahasiakan.
“Maafkan Ibu, Anakku! Selama ini Ibu merahasiakan sesuatu kepadamu,” kata Mbok Srini dengan wajah sedih.
“Rahasia apa, Bu?” tanya Timun Mas penasaran.
“Ketahuilah, Timun Mas! Sebenarnya, kamu bukanlah anak kandung Ibu yang lahir dari rahim Ibu.”
Belum selesai ibunya bicara, Timun Mas tiba-tiba menyela.
“Apa maksud, Ibu?” tanya Timun Mas.
Mbok
Srini pun menceritakan semua rahasia tersebut hingga mimpinya semalam
bahwa sesosok raksasa akan datang menjemput anaknya itu untuk dijadikan
santapan. Mendengar cerita itu, Timun Mas tersentak kaget seolah-olah
tidak percaya.
“Timun
tidak mau ikut bersama raksasa itu. Timun sangat sayang kepada Ibu yang
telah mendidik dan membesarkan Timun,” kata Timun Mas.
Mendengar
perkataan Timun Mas, Mbok Srini kembali termenung. Ia bingung mencari
cara agar anaknya selamat dari santapan raksasa itu. Sampai pada hari
yang telah dijanjikan oleh raksasa itu, Mbok Srini belum juga menemukan
jalan keluar. Hatinya pun mulai cemas. Dalam kecemasannya, tiba-tiba ia
menemukan sebuah akal. Ia menyuruh Timun Mas berpura-pura sakit. Dengan
begitu, tentu raksasa itu tidak akan mau menyantapnya. Saat matahari
mulai senja, raksasa itu pun mendatangi gubuk Mbok Srini.
“Hai, Perempuan Tua! Mana anak itu? Aku akan membawanya sekarang,” pinta raksasa itu.
“Maaf,
Tuan Raksasa! Anak itu sedang sakit keras. Jika kamu menyantapnya
sekarang, tentu dagingnya tidak enak. Bagaimana kalau tiga hari lagi
kamu datang kemari? Saya akan menyembuhkan penyakitnya terlebih dahulu,”
bujuk Mbok Srini mengulur-ulur waktu hingga ia menemukan cara agar
Timur Mas bisa selamat.
“Baiklah, kalau begitu! Tapi, kamu harus berjanji akan menyerahkan anak itu kepadaku,” kata raksasa itu.
Setelah
Mbok Srini menyatakan berjanji, raksasa itu pun menghilang. Mbok Srini
kembali bingung mencari cara lain. Setelah berpikir keras, akhirnya ia
menemukan cara yang menurutnya dapat menyelamatkan anaknya dari santapan
raksasa itu. Ia akan meminta bantuan kepada seorang pertapa yang
tinggal di sebuah gunung.
“Anakku!
Besok pagi-pagi sekali Ibu akan pergi ke gunung untuk menemui seorang
pertapa. Dia adalah teman almarhum suami Ibu. Barangkali dia bisa
membantu kita untuk menghentikan niat jahat raksasa itu,” ungkap Mbok
Srini.
“Benar, Bu! Kita harus membinasakan raksasa itu. Timun tidak mau menjadi santapannya,” imbuh Timun Mas.
Keesokan
harinya, pagi-pagi sekali, berangkatlah Mbok Srini ke gunung itu.
Sesampainya di sana, ia langsung menemui pertapa itu dan menyampaikan
maksud kedatangannya.
“Maaf, Tuan Pertapa! Maksud kedatangan saya kemari ingin meminta bantuan kepada Tuan,” kata Mbok Srini.
“Apa yang bisa kubantu, Mbok Srini?” tanya pertapa itu.
Mbok
Srini pun menceritakan masalah yang sedang dihadapi anaknya. Mendengar
cerita Mbok Srini, pertapa itu pun bersedia membantu.
“Baiklah, kamu tunggu di sini sebentar!” seru pertapa itu seraya berjalan masuk ke dalam ruang rahasianya.
Tak berapa lama, pertapa itu kembali sambil membawa empat buah bungkusan kecil, lalu menyerahkannya kepada Mbok Srini.
“Berikanlah
bungkusan ini kepada anakmu. Keempat bungkusan ini masing-masing berisi
biji timun, jarum, garam dan terasi. Jika raksasa itu mengejarnya,
suruh sebarkan isi bungkusan ini!” jelas pertapa itu.
Setelah
mendapat penjelasan itu, Mbok Srini pulang membawa keempat bungkusan
tersebut. Setiba di gubuknya, Mbok Srini menyerahkan keempat bungkusan
itu dan menjelaskan tujuannya kepada Timun Mas. Kini, hati Mbok Srini
mulai agak tenang, karena anaknya sudah mempunyai senjata untuk melawan
raksasa itu.
Dua
hari kemudian, Raksasa itu pun datang untuk menagih janjinya kepada
Mbok Srini. Ia sudah tidak sabar lagi ingin membawa dan menyantap daging
Timun Mas.
“Hai, perempuan tua! Kali ini kamu harus menepati janjimu. Jika tidak, kamu juga akan kujadikan santapanku!” ancam raksasa itu.
Mbok
Srini tidak gentar lagi menghadapi ancaman itu. Dengan tenang, ia
memanggil Timun Mas agar keluar dari dalam gubuk. Tak berapa lama, Timun
Emas pun keluar lalu berdiri di samping ibunya.
“Jangan
takut, Anakku! Jika raksasa itu akan menangkapmu, segera lari dan ikuti
petunjuk yang telah kusamapaikan kepadamu,” Mbok Srini membisik Timun
Mas.
“Baik, Bu!” jawab Timun Mas.
Melihat
Timun Mas yang benar-benar sudah dewasa, rakasasa itu semakin tidak
sabar ingin segera menyantapnya. Ketika ia hendak menangkapnya, Timun
Mas segera berlari sekencang-kencangnya. Raksasa itu pun mengejarnya.
Tak ayal lagi, terjadilah kejar-kerajaan antara makhluk raksasa itu
dengan Timun Mas. Setelah berlari jauh, Timun Mas mulai kecapaian,
sementara raksasa itu semakin mendekat. Akhirnya, ia pun mengeluarkan
bungkusan pemberian pertapa itu.
Pertama-tama
Timun Mas menebar biji timun yang diberikan oleh ibunya. Sungguh ajaib,
hutan di sekelilingnya tiba-tiba berubah menjadi ladang timun. Dalam
sekejap, batang timun tersebut menjalar dan melilit seluruh tubuh
raksasa itu. Namun, raksasa itu mampu melepaskan diri dan kembali
mengejar Timun Mas.
Timun
Emas pun segera melemparkan bungkusan yang berisi jarum. Dalam sekejap,
jarum-jarum tersebut berubah menjadi rerumbunan pohon bambu yang tinggi
dan runcing. Namun, raksasa itu mampu melewatinya dan terus mengejar
Timun Mas, walaupun kakinya berdarah-darah karena tertusuk bambu
tersebut.
Melihat
usahanya belum berhasil, Timun Mas membuka bungkusan ketiga yang berisi
garam lalu menebarkannya. Seketika itu pula, hutan yang telah
dilewatinya tiba-tiba berubah menjadi lautan luas dan dalam, namun
raksasa itu tetap berhasil melaluinya dengan mudah. Timun Emas pun mulai
cemas, karena senjatanya hanya tersisa satu. Jika senjata tersebut
tidak berhasil melumpuhkan raksasa itu, maka tamatlah riwayatnya. Dengan
penuh keyakinan, ia pun melemparkan bungkusan terakhir yang berisi
terasi. Seketika itu pula, tempat jatuhnya terasi itu tiba-tiba menjelma
menjadi lautan lumpur yang mendidih. Alhasil, raksasa itu pun tercebur
ke dalamnya dan tewas seketika. Maka selamatlah Timun Emas dari kejaran
dan santapan raksasa itu.
Dengan
sekuat tenaga, Timun Emas berjalan menuju ke gubuknya untuk menemui
ibunya. Melihat anaknya selamat, Mbok Srini pun langsung berucap syukur
kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Sejak itu, Mbok Srini dan Timun Mas hidup
berbahagia.
* * *
Demikian dongeng Timun Mas
dari daerah Jawa Tengah, Indonesia. Cerita di atas memberikan
pelajaran bahwa orang yang selalu berniat jahat terhadap orang lain
seperti raksasa itu, pada akhirnya akan celaka. Selain itu, cerita di
atas juga mengandung pelajaran bahwa dengan usaha dan kerja keras segala
rintangan dan cobaan dalam hidup ini dapat diselesaikan dengan baik.
Hal ini ditunjukkan oleh Mbok Srini dan Timun Mas. Berkat usaha dan
kerja kerasnya, mereka dapat membinasakan raksasa jahat yang hendak
memangsa Timun Mas(Sumber : http://ceritarakyatnusantara.com)
0 komentar:
Posting Komentar